8 kiat dari pemimpin TI terbaik di kelasnya tentang AI dan perubahan peran

Headshot kontributor Alicia RaeburnAlicia Raeburn
4 Januari 2024
3 menit baca
facebookx-twitterlinkedin
Gambar banner artikel 8 kiat dari pemimpin TI terbaik di kelasnya tentang AI dan perubahan peran
Cek Templat

Menavigasi lanskap teknologi yang selalu berubah adalah tantangan besar bagi para pemimpin TI saat ini, namun ini tidak harus dilakukan sendiri. Di The Work Innovation Summit, para eksekutif TI terkemuka dari Slack, Zscaler, dan Asana membahas strategi untuk menavigasi kemajuan teknologi secara efektif, dengan fokus khusus pada AI. Gabungan pengalaman mereka ini memberi peta jalan untuk merangkul perubahan, mendorong inovasi, dan mempertahankan keunggulan kompetitif di lingkungan digital yang dinamis saat ini.

Memilih alat AI yang tepat

Bagi banyak perusahaan, ini bukan lagi pertanyaan tentang keharusan untuk menerapkan AI, tetapi cara menerapkannya. Selama Work Innovation Summit, panel TI kami membahas cara mereka menavigasi tantangan dalam menggunakan dan menerapkan AI. Kesimpulannya? Sekarang waktunya untuk eksperimen dan eksplorasi yang bijaksana seputar AI, bukan (belum) untuk menerapkannya secara impulsif. 

1. Membangun fondasi berbasis data

“[Menggunakan teknologi AI] adalah prioritas kami, tetapi kami harus membuat pertimbangan yang berfokus pada fondasi data yang kuat. Itu akan mengendalikan semua hal terkait nilai yang kami dapatkan dari AI. [Selain itu], memiliki kebijakan yang tepat terkait dengan [perlindungan data] serta memiliki dan mengidentifikasi kasus penggunaan [AI] yang tepat.”

"Bijaklah [dengan AI]. Jangan langsung terjun, amati dan pahami terlebih dahulu. Jelajahi di area [di mana] Anda dapat mendorong nilai yang berulang alih-alih langsung memecahkan kasus khusus dan terbatas, yang [...] hanya mendorong nilai tambahan."

-Praniti Lakhwara, CIO, Zscaler

2. Kemudahan dalam penggunaan AI

“Orang-orang di C-suite saat ini begitu antusias terhadap AI. Setiap pelanggan menggebu-gebu membicarakan AI dan direksi mendorong perusahaan untuk [berinvestasi dalam AI]. Menurut saya, akan ada banyak organisasi yang [...] berinvestasi berlebihan dalam hal yang ternyata tidak bernilai, atau yang tidak memberikan nilai setinggi harapan mereka."

“Setiap perusahaan besar melakukan berbagai uji coba AI kecil-kecilan. Belum ada yang menyebarkan AI secara luas di seluruh organisasi. [...] Inilah waktunya bereksperimen, diikuti dengan rekomendasi yang kuat nanti. Bersikeras menerapkan AI di tingkat perusahaan sekarang juga itu langkah gegabah. Tidak akan membuahkan hasil.”

-Cal Henderson, Co-Founder dan CTO, Slack

3. Melangkah dengan cermat untuk bergerak cepat

“Fokus pada nilai. [...] Evaluasi—siapa yang mendapatkan manfaat? Apa manfaatnya? [...] Akan ada banyak janji palsu di luar sana. Mengambil pendekatan yang cermat dan bijak akan sangat bermanfaat.”

-Andrew Sopko, Mantan Kepala Teknologi Perusahaan, Stripe

Keputusan krusial dalam mengembangkan tech stack yang meliputi AI termasuk memilih antara membangunnya di dalam perusahaan, membeli solusi, atau memperluas teknologi yang ada. Seperti yang dikatakan CIO Zscaler, Praniti Lakhwara, “Saat memikirkan tech stack dalam konteks AI, salah satu percakapan yang kami gagas adalah, ‘Apa yang ingin kita bangun? Dari mana kita ingin membeli? Dan, area mana yang ingin diperluas?" Dia menyatakan bahwa masalah privasi dan keamanan sering kali mendorong keputusan untuk membangun secara internal, sembari menyoroti peran penting kepatuhan dan perlindungan data dalam keputusan ini.

Manusia dan AI, kemitraan yang baru dimulai

Ada sedikit ketakutan seputar penggunaan AI—apakah AI akan mengambil alih pekerjaan? Apakah AI akan menyulitkan pekerjaan pegawai? Menurut para pemimpin TI ini, kemitraan antara manusia dan AI memiliki masa depan yang cerah. Dan, manusia dan AI harus saling melengkapi jika ingin mencapainya.

4. AI sebagai sumber yang bermanfaat

“Saya tidak percaya AI akan mengambil alih semua pekerjaan atau menggantikan manusia dalam hal ini. Saya sangat yakin AI adalah peningkatan. AI akan membantu [manusia] melakukan pekerjaan bernilai lebih tinggi.”

-Praniti Lakhwara, CIO, Zscaler

5. Dorongan untuk automasi

“Pekerjaan secara umum menjadi lebih kolaboratif dan lebih kreatif, dan banyak di antaranya didorong oleh teknologi seperti AI. Saya melihat AI generatif sebagai kelanjutan dari tren umum yang telah terjadi di tempat kerja selama 30 tahun terakhir, yaitu kita secara bertahap mengotomatiskan lebih banyak jenis pekerjaan yang berulang.”

-Cal Henderson, Co-Founder dan CTO, Slack

6. Meningkatkan, bukan menggantikan

“Kita melangkah menuju masa depan yang mencoba mengotomatiskan berbagai hal sebanyak mungkin dan sedapat mungkin mengurangi elemen manusia di area yang kurang memerlukannya. Saya tidak melihat [AI] sebagai pengganti manusia. Ini tentang meningkatkan kemampuan [manusia].”

-Andrew Sopko, Mantan Kepala Teknologi Perusahaan, Stripe

Peran AI dalam mengotomatiskan tugas bukanlah hal baru. Seperti yang disampaikan Cal Henderson, CTO dan co-founder Slack, "[automasi AI] itu kelanjutan spektrum yang sudah kita jalani dalam automasi dari jenis pekerjaan berulang yang makin banyak." Lebih dari itu, pemahaman kita tentang pekerjaan yang dianggap rumit tengah berubah. Karena AI mengambil lebih banyak tugas, manusia dapat terlibat dalam inisiatif yang lebih berarti dan strategis.

Pemimpin TI bersifat lintas fungsi dan strategis

Selama beberapa tahun terakhir, ada pergeseran dalam cara para pemimpin TI beroperasi. Saat ini, mereka jauh lebih berpotensi menjadi yang terdepan dalam inisiatif strategis. Sebagai pemimpin yang memiliki pandangan visibilitas pada berbagai departemen, mereka memiliki perspektif unik untuk memahami dan mendorong hasil bisnis yang berdampak besar untuk masa depan.

7. Para pemimpin TI memahami (dan dapat memberi saran untuk) gambaran besarnya

“Kami memiliki sudut pandang yang unik sebagai pemimpin TI. [...] Kami dapat memahami seluruh bagian bisnis—hulu, hilir. Sebagian besar pemangku kepentingan biasanya tertarik memecahkan masalah di dalam departemen mereka. Tetapi, hal yang harus kita lakukan sebagai pemimpin strategis adalah memecahkannya untuk seluruh organisasi—dan mempertimbangkannya secara komprehensif.”

“[Kita memiliki] kemampuan untuk menginformasikan metrik operasional sekaligus metrik strategis. [...] Para pemimpin TI dipersiapkan dengan baik untuk menyampaikan hal tersebut dan mengomunikasikan keefektifan suatu metode. Jadi, kitalah yang memimpin diskusi [untuk hal-hal] strategis."

-Praniti Lakhwara, CIO, Zscaler

8. Memimpin dengan fokus pada pengalaman pegawai 

“Sebagai pemimpin TI, kami sibuk menerapkan berbagai solusi dan meningkatkan proses bisnis serta automasi. Saya sangat mempedulikan pengalaman ini. Bagaimana kami memastikan pengalaman pegawai dan tim kami kohesif, dan menjadi hal yang menyenangkan? Menurut saya, ini kesempatan bagi organisasi CIO dan pemimpin TI untuk lebih mempertimbangkannya.”

- Saket Srivastava, CIO, Asana

Pertumbuhan, tetapi dengan kendali yang sehat

Di The Work Innovation Summit, para pemimpin dari berbagai peran menunjukkan optimisme yang tinggi. Mereka bijaksana, memotivasi, dan antusias terhadap perkembangan tempat kerja dan teknologi. Namun, ini tidak berarti mereka tergesa-gesa mengambil langkah tanpa mempertimbangkan pengaruh perubahan ini terhadap organisasi mereka. Seperti yang dikatakan Lakhwara, "Bagi sebagian besar CIO, [mendorong] pertumbuhan yang matang dan bernilai adalah prioritas utama—dengan mempertimbangkan berbagai faktor." Selama mengikuti perkembangan, kita bisa memanfaatkan para pemimpin TI untuk menghasilkan ide brilian dan metode penskalaan bisnis yang efektif dan untuk jangka panjang.

Sumber daya terkait

Artikel

Kepemimpinan situasional: 4 gaya dan karakteristik